Rabu, 06 Mei 2009

Kisah Mas Dul

Mas Dul, seorang petani muda dari Bangsri, Jepara. Umurnya belum ada 25 tahun dan cuma lulusan SD. Setelah acara tahlilan 7 hari meninggalnya sang ibu, keluarga sepakat mengutus Mas Dul mencari kakaknya, Mas Din yang merantau ke Purworejo menjadi pedagang. Kenapa gak dihubungi aja lewat hp? Bukan masalah apa-apa, tapi karena kemiskinannnya, hp aja ga punya.

Setelah rembug sana-sini, berangkatlah Mas Dul mencari kakaknya berbekal uang dari kotak pelayat dan selembar kertas bertuliskan alamat. Singkat cerita, sesampainya di alamat yang dituju, tak ada Mas Din. Kata pemilik kontrakan, Mas Din pergi mengikuti ceweknya yang pulang ke Semarang. Gerobak jualannya pun sudah dijual ke temannya buat ongkos kesana. Tanpa pikir panjang, Mas Dul bertekad menyusul kakaknya ke Semarang sesuai alamat yang diberikan oleh pemilik kontrakan.

Sayangnya, sesampai Mas Dul di terminal, dompetnya dicopet orang. Dengan diantar seorang sopir angkot, dia pergi ke kantor polisi terdekat. Setelah agak lama mengantri di pos pengaduan, akhirnya tibalah gilirannya. Bertemu dengan petugas berseragam saja sudah keder apalagi pas menjawab berbagai pertanyaan. Malah seperti dianya yang jadi pencopet.

Setelah menunggu sekitar satu jam, Mas Dul dipanggil oleh petugas, diberi selembar kertas bukti kehilangan dan disuruh pulang "Sudah ini suratnya. Sekarang pulang. Sini ke Jepara kan dekat, jalan kaki saja ya!" (!?!?!?) , tanpa diarahkan ke bagian yang menangani kehilangan dan ga punya ongkos buat pulang (biasanya kan dimintakan ke dinas sosial).

Dengan keluguannya, Mas Dul nurut saja pulang jalan kaki.

Singkat cerita, setelah lima hari berjalan kaki, sampailah Mas Dul di daerah Lemah Abang, Kabupaten Semarang (klo bukan petani mungkin ga kuat deh dia jalan segitu jauhnya y?). Numpang sholat di mushola pom bensin. Ngobrol sana-sini dan tak lupa dia ceritakan pula kisahnya dengan seorang jamaah sholat tadi.

"Lha buktinya apa, klo kamu tu kehilangan dompet dan dah lapor ke polisi?" tanya teman barunya. Sambil mengeluarkan dan menunjukkan surat kehilangannya, "Ini", kata Mas Dul.
Setelah diteliti,"Asli", kata temannya,"trus selama lima hari kamu makan apa?" "Ya, saya mampir ke masjid pas sholat, trus cerita sama sesama jamaah, trs biasanya saya ditawari dibelikan makan. Ya jelas saya mau tho mas, kan lapar", cerita mas Dul.

"Sekarang masih mau terus cari kakakmu?," tanya temannya. "Wah enggak lah, mas. Ga punya ongkos buat nyari. Apalagi saya capek sekali", jawab Mas Dul

Temannya mengeluarkan dompet," (Waduh duit cekak ni sampe rumah)", ssambil mengulurkan uang 20ribu,"Ni buat ongkos kamu pulang. Kamu nyeberang jalan, Naik bus Taruna ato bus besar yang ijo. Pokoknya ke terminal kaligawe. Biasanya cuma 5ribu. trus naik bus ke jepara biasanya 10ribu. Sisanya buat naik bus ato angkot ke Bangsri. klo ga cukup ditambah jalan sedikitnya?! Duit cekak nih tinggal buat bensin 2 liter pas sampe rumah". "Makasih,mas", kata Mas Dul dengan wajah berbinar.

"Ya sudah sana pulang! ditunggu keluargamu lho," kata temannya. Dengan malu-malu, Mas Dul menyahut,"Bentar mas, Bapak itu janji mo membelikan saya makanan. dari tadi pagi saya belum makan," sambil menunjuk seorang bapak yang berbaju putih.

................................